Tak terasa liburan telah tiba dan besok sepupu-sepupu Ani akan berlibur di Palembang. Ani pun sudah menyiapkan semuanya serapi-rapinya. Mulai dari kamar untuk tidur telah disiapkan, para sepupunya pastiakan nyaman tidur di kamar itu. Bukan itu saja, Ani bahkan telah menyiapkan rencana kegiatan mereka selama dua minggu. Hari pertama, mereka istirahat saja di rumah pohin di belakang rumah.
Hari kedua, ketiga, keempat semua sudah terencana dengan rapi. Rumah Ani terletak di salah satu perkampungan di kota Palembang dapat dikatan jauh dari pusat kota, rumahnya pun tidak sebagus dan seluas rumah para sepupunya di Jakarta, tetapi di perkampungan itu semua tempat boleh untuk bermain. Tanpa takut ditabrak, tanpa takut dimarahi siapapun, dan yang pasti tanpa bayar. Namun ada satu hal yang masih menganjal Ani, yaitu soal makanan. Ani tahu, para sepupunya itu susah sekali makan, mereka hanya suka ayam goring tepung, nugget, sosis, dan sejenisnya.
Masalahnya, di rumah Ani yang jauh dari pusat kota itu, tidak ada makanan seperti itu. Kalau sekali-kali mau makan ayam goring, ibu akan memotong ayam untuk dimasak itupun untuk dihari istimewa. Selama ini keluarga Ani lebih banyak makan sayur yang tinggal ambil saja dari kebun.lauknya sekedar tempe atau tahu yang diantar langsung penjualnya tiap pagi. Terkadang ikan di kolam samping rumah diambil. Begitu-begitu saja, tapi karena ibu pintar mengolahnya semua terasa enak saja. Tapi apa para sepupunya itu juga akan beranggapan sama? Ani ragu.
“kalau nanti Nova, Rudi dan Farid ke sini mereka makan apa, bu?” Tanya Ani. “ya makan seperti yang kita biasa makan.” Jawab ibu. “apa mereka mau makanan kampung, bu? Lauk mereka di sana kan enak terus.” “Ani, makanan lezat dan enak itu bukannya terbuat dari bahan mahal. Tapi bahan baku makanan enak itu, rasa lapar.” Ani bingung. ibu aneh ya? Mana ada makanan yang bahan bakunya rasa lapar? “maksud ibu begini. Kalau misalnya kamu disuruh makan makanan yang terbuat dari bahan mahal tapi saat itu kamu sedang tidak lapar. Rasanya seperti apa? Lalu bandingkan dengan saat kamu hanya makan dengan tempe, lalap, dan sambal, tapi saat itu sedang lapar betul. Lebih enak yang mana?” ya. . . lebih enak yang kedua, jawab Ani. Kita jadi, lebih mensyukuri makanan kita, rezeki kita. Tegas Ani. Seletah hal tersebut terjawab Ani pun tidak memusungkan lagi masalaah makanan untuk para sepupunya itu.
Karya m. syawaludin
Senin, 24 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar