Kamis, 27 Mei 2010

CERPEN "SELIMUT CINTA"

Oleh: Sulastinah
NPM : 2007112281

Ketika cinta mengatakan bahwa dunia ini milik manusia sendiri, tak ada seorangpun yang mampu untuk mencegahnya. Akupun sangat menyakini kalau dunia ini hanya milik manusia yang sedang asyik merasakan indahnya jatuh cinta.
Hari masih sangat gelap, tapi mataku sudah tak ingin bersahabat tuk memejamkan mata, aku pun terbangun dan langsung beranjak menuju kamar kecil yang selalu ku kunjungi setiap aku bangun tidur, aku langsung mengambil air dan membasuhkannya di muka ku. Setelah itu aku segera membasahi tubuhku dengan tetesan air dingin yang telah lama menantiku.
Aku bersiap untuk pergi ke kampus, sebelum pergi ke kampus seperti biasa aku menunggu teman-teman ku di tempat kontrakannya, kami selalu pergi bersama, kami selalu kompak dalam segala hal, walaupun kami bersahabat kadang kami sering berselisih paham, namun walaupun kami sering bertengkar kecil kami selalu menjaga persahabatan agar tidak terjadi pertengkaran yang maha dahsyat.
“Pagi semua….. “ sapa ku. Aku langsung duduk diantara kumpulan teman-temanku yang telah menunggu ku sejak tadi.
“Waw, kayaknya lagi seneng banget ni!!!!” jawab Dewi.
“ Iya dunk, secara kemarin abis belanja, seneng de” dengan semangat aku membalas pembicaraan sahabatku.
“Oya hari ni nonton bareng yuk! Udah lama ni kita nggak nonton, ada film terbaru loh” ajak Mala.
“Boleh, aku udah lama pengen nonton” jawab Zaskia.
“Duh, gimana ya??? Kayaknya aku nggak bisa deh, maaf ya! Hari ini aku mau istirahat, lagian tugas kemaren belum aku kerjakan, lain kali aja ya!” jawab ku.
Perut mulai keroncongan rasanya sudah memaksa untuk memanggil ku pergi ke salah satu tempat yang tidak asing lagi untuk manusia yang lainnya kalau perut sudah mulai mencaci maki tidak mau diajak kompromi, seperti biasa pulang kuliah aku pergi ke rumah pacarku, langsung saja aku pamit kepada teman-teman ku untuk pergi ke rumah pacarku. Sesampai di sana aku melihat senyum manis yang mengibar ke arah ku, senyum yang tidak asing lagi bagiku.
“Hai yank!!! Sapa ku.
“Eh, udah datang, sini masuk!!! Ajaknya.
“ Mama ke mana yank?? Tanya ku pada pacarku.
“Mama pergi ke luar kota jenguk keluarga yang sakit, mungkin sekitar satu mingguanlah di sana” jawabnya.
Seperti biasa pacarku mengajak untuk duduk di sofa, di sana kami sudah tidak canggung lagi untuk melepaskan segala hasrat yang membara di dada, aku terdiam sejenak memandang wajah pacarku.
“Kok diam???tanyanya.
“Ehm, tidak aku Cuma takut aja yank, apa yang kita lakukan ini akan menjadi bumerang untuk kita”. Jawabku.
“Emang takut kenapa sayang? Kita kan tidak ngapa-ngapain, kita Cuma melakukan yang sama seperti yang dilakukan kebanyakan orang pacaran, tidak berlebihan kan?” rengeknya.
“ Entahlah, aku sangat takut nanti apa yang kita lakukan ini akan merambat ke arah yang sangat dilarang oleh agama”. Jawabku.
“Memangnya kenapa kalau kita melakukanya, apa salah? Kita kan sama-sama saling mencintai, toh kita juga akan menikah”. Bantahnya.
“Aku tau, tapi itu kan masih lama yank, aku juga masih kuliah, gimana kalau terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan?tanyaku lagi.
“ Kamu tenang saja, aku nggak mungkin melakukan hal-hal yang membuat kita malu, lagian nggak apa-apa juga kan, aku janji kalau terjadi sesuatu hal di luar kendali kita, aku pasti akan tanggung jawab.
Seharian kami berada dalam rumah, dan melakukan hal-hal yang masih dianggap wajar oleh kami, padahal kami tau hal yang kami anggap wajar itu merupakan hal yang tercela, entah setan apa yang merasuki tubuh kami sehingga kami lupa diri untuk membentengi hati dan pikiran kami. Tanpa rasa malu dan canggung kami saling melepaskan helaian benang yang melakat di tubuh kami. Tidak terasa hari sudah malam, akupun minta antar pulang ke kontrakanku, pacarku pun mengantarkanku untuk pulang ke rumah kontrakan ku, tapi sesampai di sana, pacarku membujuk agar dia menginap di rumah kontrakan ku untuk satu malam ini saja, katanya dia tidak enak kalau pulang ke rumah, karena di sana dia sendirian, semua keluarganya pergi ke luar kota. Tanpa rasa ragu aku pun mengizinkan pacarku untuk menginap di tempatku.
Keesokan harinya setelah aku bangun dari tidurku, aku sangat terkejut melihat pacarku sudah berada di sampingku tanpa menggunakan sehelai benang yang melekat di tubuhnya, begitupun dengan diriku, tapi di saat itu pacarku menyakinkan aku bahwa apa yang sedang terjadi ini bukanlah hal memalukan, dia meyakinkan aku kalau kami tidak melakukan hal-hal yang melebihi batas yang membuat putus harapanku & kedua orang tuaku. Namun, selain itu, kami juga dikejutkan oleh sepasang mata yang melihat ke arah kami, aku diam dan melihat mata yang sangat aku kenal itu, aku tidak bisa mengucapkan apa-apa, bibir ku sangat kaku untuk mengucapkan sesuatu.
“Jujur, aku tidak menyangka seorang Fandi dan Kiran bisa melakukan hal yang memalukan seperti ini, seorang Kiran yang polos, lugu, dan rajin beribadah, ternyata goyah juga imannya hanya untuk kepuasan batin semata. Kepuasan yang tidak ada habisnya, kepuasan yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami istri yang terikat ikatan janji suci”. Ucap Zaskia.
“Maaf Zas, kamu salah kami tidak melakukan hal yang sangat keji, kamu jangan berbicara seperti itu, memang apa yang kamu lihat ini mungkin hina bagimu, tapi yakinlah kalau Kiran masih virgin, Kiran tidak ternodai”, bela Fandi.
“Sudahlah, itu bukan urusan ku, aku hanya tidak menyangka kalau kalian benar-benar hina di mataku, di mata sang pencipta”, Zaskia langsung pergi dan meninggalkan kami.
Sejak kejadian itu, aku tidak pernah bicara atau bergurau dengan sahabat-sahabatku lagi, mereka lebih banyak diam kalau aku hadir diantara mereka, atau mereka lebih banyak menjauhiku apabila terlihat aku ingin mendekati mereka. Sejak peristiwa itu juga hubungan ku dengan teman-temanku hancur. Peristiwa yang sangat memalukan, aku tau kalau perbuatan kami salah, tapi aku masih sangat yakin kalu aku belum ternodai, karena akupun tidak merasakan terjadi apa-apa pada diriku di mana aku tidak terpengaruh obat-obatan atau minuman beralkohol.
Di sela-sela istirahat jam mata kuliah, ku lihat teman-temanku seperti biasa berkumpul, bercanda gurau, tertawa-tawa, dan saling mengolok-olokkan satu sama lain, aku memberanikan diri untuk mendekati meraka, ku sapa mereka, tapi mereka masih saja tetap dingin seperti tidak melihatku berada diantara mereka. Nada bicaraku pun berubah tinggi melihat tingkah mereka yang menjengkelkanku.
“Hei, kalian merasa kalian lebih baik, kalian merasa kalian lebih bersih, padahal dengan cara kalian seperti ini menunjukkan sifat buruk kalian, sifat yang amat dibenci oleh sang Pencipta, di mana sifat ingin memutuskan tali silaturahmi. Kalian berhak unguk menjauhiku tapi bukan berarti kalian tidak untuk mendengarkan penjelasan dariku, kita sudah lama bersahabat, kita sudah lama bersama-sama, menjadi seorang sahabat yang baik bukan berarti menjauhi teman yang bermasalah, aku bisa terima saran dari kalian jika kalian ingin bicara baik-baik dengan ku”.lirihku. Isak Tangisku pun makin meninggi.
“Kiran, maaf kami tau kalau apa yang kami lakukan ini salah, tapi kami hanya tidak ingin satu diantara kita salah dalam bergaul, jangan jadikan nafsu sebagai selimut dari cinta”, jawab Dewi.
“Aku tau Wi, kalau aku salah dalam mengartikan hubunganku, tapi kalian juga harus dengar ucapanku, jangan memfonisku bersalah”, ucapku. Tangisku semakin menjadi tak terbendungkan lagi, orang di sekeliling kamipun memperhatikan kami.
“Maafkan kami Kiran, tenangkanlah dulu dirimu, nanti katakan apa yang ingin kamu katakana!” sambung Mala. Zaskia hanya diam saja, dan tak sedikitpun memandang ke arah Kiran.
“Teman-teman maafkan aku kalu menurut kalian aku pantas untuk dijauhkan, aku rela, kalau kalian ingin memutuskan tali persahabtan kitapun aku rela, tapi aku mohon dengarkanlah ucapanku kali ini, aku bicara bukan untuk membela diri tapi aku hanya ingin meluruskan masalah saja” jawab Kiran. Sambil sesekali menghapus air yang mengalir di pipinya. “Memang kami salah dan terlalu jauh dalam berhubungan, tapi percayalah kemarin kami tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas kami lakukan, kami berani bersumpah”, bela Kiran.
“Benar apa yang dikatakan Kiran”, tiba-tiba Fandi muncul dari belakang. “Kami tau kalau apa yang kami lakukan itu salah tapi kami juga masih di alam sadar, jadi kami tidak melakukan apa yang kalian sangka itu. Kalian berteman sudah lama, jangan jadikan masalah ini sebagai bom untuk memecahkan tali persabatan kalian, karena apabila itu terjadi maka aku adalah orang yang paling bersalah, akulah orang yang tidak akan pernah merasa tenang atas perbuatan ku, aku berjanji kalau aku akan menjaga Kiran, aku tidak akan melakukan yang membuat Kiran terluka, malu dan menjadi hina, aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku perbuat, karena aku sangat mencintai Kiran, aku akan meminta maaf pada orang tua Kiran”.
“Kiran, Fandi kami hanya tidak ingin terjadi apa-apa pada kalian, karena masa depan kita masih panjang, kalian masih muda, jangan pernah kalian hancur karena nafsu setan, nafsu yang berselimutkan cinta, kami juga minta maaf sudah membuat kalian susah”. Jawab Zaskia.
“Tidak apa-apa Zas, kami maklum apa yang kalian lakukan demi kebaikan kita bersama, marilah kita mulai hari-hari kita dengan hal-hal yang bermakna dan mengisinya dengan penuh angan-angan yang baik”. Ajak Kiran.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar