Jumat, 09 Juli 2010

Drama "Cinta Terhalang Orang Tua"

Cinta Terhalang Orang Tua

Dua sepasang kekasih yang senang dimabuk asmara mereka berdua berkata bahwa tidak akan ada yang memisahkan cinta kita sampai mautlah yang memisahkan kita berdua. Tapi kebersamaan mereka di tentang oleh kedua orang tua.

Siang itu Diah dan Dino duduk bersama sambil memandang langit dan berkata betapa indahnya hari ini.

Diah :“Dino aku sangat mencintaimu walaupun yang terjadi nanti aku hanyalah milikmu”
Dino : “Aku pun sangat mencintaimu
Diah : “Tapi…….”
Dino : “Tapi kenapa dik ?”
Diah : “Aku sedih melihat percintaan kita ini”.
Dino : “Sedih kenapa ,dik ?”
Diah : “Kamu tahu sendiri (dengan terbata-bata). Orang tuaku tidak pernah menyetujui hubungan kita”.
Dino : “Aku tidak pernah takut karena cintaku tulus untukmu.. kalau kamu yakin dengan cinta kita semua halangan dan rintangan yang menghalangi cinta kita tersa indah dan begitu bahagia.. dik, kamu menangis ya ?”
Diah : “Ngak kenapa-kenapa ?”
Dino : “Kamu jangan bohong sama aku. Kamu percaya betapa besarnya cinta ku terhadap kamu”.
Diah : “Aku percaya kalau kamu begitu menyayangi dan mencintai kamu dengan segenap jiwa dan ragamu.. aku nggak mau kebersamaan kita hanya sementara saja.”
Dino : “Begitu juga aku,dik. Aku sangat sayang sama kamu. Karena kalau itu sampai terjadi rasanya aku bisa mati karena hanyalah kamu belalan jiwaku selamanya.”

S etelah apa yang dilakukan Diah dan Dino terjadi juga. Karena kedua orang tua diah akan mengirim diah ke luar negeri.

Diah : “Kita harus bagaimana ?”
Dino : “Kamu harus tenang ya dik”.
Diah ; “Dalam keadaan seperti ini kau tidak bisa tenang.. apa kamu mau kalau kau benar-benar pergi ?”
Dino : “Aku akan tetap di sini bersama mu”.
Diah : “Kamu harus berpikir bagaimana jalan keluarnya?”
Ketika keduanya sedang asyik berbicara orang tua Diah sedang berada di rumahnya yang sedang berbicara di rumahnya. Di tempat itulah orang tuany asangat marah kepada Dino.

Diah : “Tidak ayah,,, dino tidak boleh pergi.”
Dino : “Kamu jangan menangis, dik”.
Diah : “Dino jangan pergi.”
Ayah : “Sudahlah.. diah kamu tidak perlui mengelurkan air mata buat laki-laki itu.”
Diah : “Ayah jahat”.

Diah menangis dari tadi siang sampai malam tidak ada henti-hentinya pada saat itu.
Dino : “Diah”…
Diah : “Siapa ?”
Dino : “Ini aku Dino…”
Diah : “Benarkah itu kamu ?”
Dino : “Kita harus pergi”.
Diah : “Pergi ke mana Dino ?”
Dino : “Jauh dari kedua orang tua mu.”.
Diah : “Tapi….”.
Dino : “Mengapa kamu tidak mau yah.. hidup bersama ku…”
Diah : “Bukan begitu Dino tapi aku takut”.

Dino : “Jangan takut. Selagi kamu bersamaku karena aku akan menjagamu sampai kapan pun”.
Diah : “Iya.. Dino aku mau pergi sama kamu”.
Malam itulah Dino dan Diah meninggalkan rumah mereka masing-masing karena mereka mau memberikan bahwa cinta mareka begitu kuat dan suci.

Cerpen "Khayalan Indah"

Khayalan Indah



Karya : Sutriani
Sisa-sisa hujan tadi malam belum juga redah aku mengulurkan tangan dibawah cucuran-cucuran atap dan membiarkan tetesan air hujan membasahi telapak tanganku, aku memalingkan pandangan lalu menatap kearah cermin dan memandangi wajahku sendiri. Sambil berkata, salah diriku jika mencintainya, semakin sakit kurasa bila harus terpendam lama didalam hatiku, hari-hariku yang cerah seakan-akan berubah emnjadi kelam, aku bagaikan pungguk merindukan bulan yang Cuma hanya bermimpi dan bermimpi saja tidak bisa menghadapi semua kenyataan yang ada, akankah aku akan menemukan cinta sejatiku yang bias membuat batinku tenang dan juga membuat detak jantungku berhenti bilaku ada disampingnya kan ku jaga rasa cinta ini sehingga ceritanya tiada akhir bagaikan air hujan terus-menerus membasahi bumi kemudian aku tersenyum dan mulai bergegas.

dari tempat dudukku dan terbangun dari lamunan karena matahari sudah memancarkan cahayanya yang begitu terang tepat menuju kearah kamarku kemudian ku buka jendela sambil berkata selamat pagi udara yang diam begitu indah dengan suara burung-burung berkicau dan kulihat daun-daun menari oleh hembusan-hembusan angina merasakan ada kedamaian hari ini, harapanku semoga hari ini akan lebih baik dari hari kemarin, aku mulai bergegas untuk melakukan aktivitas karma takkan ku biarkan setiap detiknya terbuang dengan percuma karna bagiku waktu itu sangatlah berharga, kulihat jam telah menunjukkan pukul 06.00 waktunya merapikan tempat tidur dan mandi setelah itu aku berangkat kuliah bersama dengan teman-temanku yang sangat aku sayangi.

Di perjalanan menuju kampus aku melihat sosok lelaki tampan yang sedang berdiri menunggu sesuatu, jantungku berdetak begitu kencang aku pun bertanya-tanya dalam hatiku sendiri apa yang sebenarnya yang ku rasakan ini, dengan pandangan yang begitu dingin dan senyuman yang lembut dia pun melihatku. Terlihat dimatanya ada sesuatu disitu detak jantungkupun bertambah kencang dengan penuh keramahan lelaki itu menyapaku, akupun menjawabnya dengan malu-malu dan yang ku rasa seakan-akan kami sudah lama saling mengenal satu sama lain, langka kakiku terasa berat untuk melangka serasa batu-batu yang begitu besar menumpuk di kedua kakiku yang lebih membuatku senang dia mengulurkan tangannya sambil menyebutkan namanya, hai aku ramah disertai dengan senyuman nya yang manis, akupun mengulurkan tanganku dan aku sebut namaku.
Bahkan tak terasa detik demi detik pun telah terlewati, teman-temanku sudah memanggilku, mereka menyindirku , sudah selesaikan kenalannya, akupun merasa malu dan tersenyum sendiri dan aku langsung berkata kepada ramah, ram sampai ketemu lagi ya … dia pun menjawabnya , udah dea hati-hati saja di jalannya. Kami pun saling tukar nomor handphone masing-masing kemudian aku bersama teman-temanku meninggalkan ramah begitu juga dia dengan perasaan dan hati yang gembira aku melangkahkan kakiku meninggalkan dia aku berkata dalam hatiku, dialah cinta sejatiku yang ku cari selama ini.


Karya : Sutriani

DRAMA "ADIKKU TERSAYANG"

ADIKKU TERSAYANG
Karya : Roaidah
Panggung menggambarkan sebuah rumah sederhana, ruang keluarga yang terdiri dari satu set meja kursi, almari beserta isinya, dan di dinding terpasang beberapa foto keluarga. Sore hari yang cerah, sinar sang surya yang masih hangat menerobos melalui celah jendela. Saat itu Ratni sedang berbincang-bincang dengan Lasmi.

Adegan I
Lasmi sedang manjahit baju Garno yang sobek terkait ranting di ladang di ruang tengah, masuklah Lasmi sambil membawa pakaian yang sudah rapi disetrika.

Lasmi : (Duduk di dekat Ratni) Ayah belum pulang, Bu?
Ratni : Ayahmu menyelsaikan pekerjaan, katanya nanggung. Ayahmu memang orangnya seperti itu, kalau mengerjakan sesuatu nggak pernah tanggung-tanggung. Tumben kamu tanya ayahmu? Biasanya dia pulang malam kamu juga gak pernah tanya (sambi menjahit).
Lasmi : (mendekati Ibu) Aku ingin menanyakan sesuautu pada Ayah, Bu. Tentang masa depanku.
Ratni :Maksudmu? (heran) Kamu ingin sekolah? Kamu nggak perlu sekolah, harta ayahmu tidak akan habis sampai tujuh turunan. Atau ingin menikah?
Lasmi : Aku kan sudah besar, Bu. Sudah sepantasnya aku menerima harta warisan dari ayah. Umurku 15 tahun, bagi orang kampung itu usia yang sudah cukup untuk menerima warisan.
Rtni : Tapi untuk apa? Kamu kan masih tinggal bersama kami. Jika kelak nanti kamu sudah menikah, ayahmu pasti akan memberikan warisan itu.
Lasmi : (membujuk) Tapi, Bu. Teman-temanku belum menikah sudah mendapatkan warisan dari orang tuanya, bahkan umurnya lebih muda dari aku, Bu.
Ratni : Ya nanti Ibu bicarakan dengan ayahmu. Sekarang kamu siapkan makanan di dapur, untuk makan nanti malam.
(Lasmi pergi ke dapur, Ratni masih menyelaikan jahitannya)



Adegan II
Ratni : (Tiba-tiba Garno masuk dari pintu belakang) Eh, Bapak sudah pulang. Kok Ibu nggak dengar, sudah mandi lagi lagi.
Garno : (Duduk di samping Ibu) Iya. Aku tadi langsung mandi, punggungku kena ulat dari pohon kedondong. Sudah selesai Bu, bajuku?
Ratni : Gosok minyak angin saja Pak, daripada nanti tambah gatal!
(Ratni mengambilkan minyak angin, lalu menggosokkannya di punggung Bapak). Pak tadi Lasmi bilang sama Ibu, menanyakan tentang bagiannya? Apa Bapak sudah memikirkan hal itu?
Garno : (Kaget) Apa? Mau apa dia? Memangnya dia sudah tidak butuh kita? Apa dia ingin hidup sendiridenga membawa warisan dan berfoya-foya di luar sana? Aku tidak akan melakukannya.
Ratni : Tapi Pak...
Garno : Diam. Aku mau tidur, aku tidak mau membicarakan masalah ini lagi. Bilang sama anakmu jangan macam-macam.
(Ayah masuk kamar dengan nada marah)
Lasmi : (Lasmi masuk dari dapur) Bu, Ayah kenapa, Bu? Ayah marah ya Bu?
Ratni : Ya seperti itulah Ayahmu, kalau kehendaknya tidak sesuai dengan keinginannya.
Lasmi : Jadi, ayah tidak akan memberikanku warisan, Bu?
(Marah, lalu pergi ke luar rumah, entah kemana)
Ratni : (Menggeleng-gelengkan kepala sambil memandang Lasmi pergi)

Adegan III
Lasmi : (Masuk dari kamar ke ruang tengah, sambil mengintip apakah ada orang atau tidak) Syukur...tidak ada orang (membuka laci lemari, mencari-cari sesuatu) Di mana ya ayah menyimpan uang? Biasanya di sini. Kok nggak ada. (kembali membuka laci-laci yang lain) Ini dia...
(mengambil satu ikat uang yang jumlahnya cukup banyak lalu dimasukkan ke dalam tas dan pergi entah kemana. Tanpa aepengetahuannya, Rusdi ternyata mengintip dari balik pintu kamarnya)
Rusdi : (masuk ke ruang tengah lalu merapikan laci-laci yang masih terbuka) Kenapa kakak senekad ini? Kalau ketahuan ayah pasti ia dihajar habis-habisan.
Ratni : Kamu sedang apa Rusdi?
Rusdi: (Kaget) Eng...eng...enggak apa-apa, Bu. Cuma merapikan laci-laci saja. Tadi berantakan, Bu.
Ratni : (Curiga) Tumben kamu merapikan laci, biasanya kan kamu nggak pernah bersih-bersih atau merapi-rapikan sesuatu, kamarmu saja berantakan?
Rusdi : I...Iy...Iya, Bu tadi kebetulan lewat...
(Langsung pergi ke luar karena dipanggi teman-temanya)
Ratni : (Masih bingung) Aneh anak itu, tak seperti biasanya. Dia tampak gugup...atau jangan-jangan...(Lalu membuka laci tempat menyimpan uang Ayah) Hah...uang ayah nggak ada...kemarin kan ayah jual cengkeh kering 5 kuintal, uangnya kan satu gepok. Kok sekarang nggak ada. Atau mungkin sudah diambil ayah?
(Masih bingung, lalu menuju ke dapur)

Adegan IV
Garno : (Masuk dari luar, lalu membuka laci akan mengambil uang untuk membayar sesuautu)
Loh...kok uangku nggak ada? (mencari lagi, semua laci dibuka tapi tidak ketemu) Bu...Bu...uangku mana? Kok hilang
Ratni : (Nampak berlari dari dapur) Ada apa Pak? Kok teriak-teriak, kayak ada maling saja.
Garno : Uangku mana Bu, Bapak cari nggak ada. Jangan-jangan memang ada maling.
Ratni : Ibu nggak tau Pak.
Garno : Jangan-jangan malingnya anak-anak...? mana mereka? Lasmi...Rusdi...
Ratni : (Ibu gelisah)...sabar Pak, dicari dulu. Mungkin Bapak lupa!
Lasmi : Ada apa Pak?
Rusdi : (Menyusul) Ada apa Yah?
Garno : Kalian pasti ngambil uang Ayah kan?
(Anak-anak diam, mereka saling berpandangan, sambil menunduk)
Garno : Kenapa alian diam? Jawab! Siapa yang menambil? Lasmi...pasti kamu yang ngambil kan? Karena permitaanmu tidak Bapak kabulkan. Begitu caramu...? Baik jika kamu tidakmau ngaku.
(mengambil sapu lidit lalu memukulkannya pada Lasmi)
Ratni : Sabar Pak...
Garno : Diam...
Rusdi : Ayah...hentikan! bukan Kak Lasmi yang mengambil uang Ayah tapi aku. Jika Ayah ingin memukul, pukul saja aku! Jangan pukul kak Lasmi. Dia tidak bersalah.
Garno : Apa...? (Lalu Garno memukuli Rusdi samapai babak belur)
Lasmi : Ayah hentikan....Ayah hentikan....bukan Rusdi Ayah...
(Garno pergi meninggalkan mereka dengan nada marah. Lasmi memeluk Rusdi eat-erat)
Lasmi : Maafkan aku rusdi, tak seharusnya kamu dipukuli oleh ayah...Kamu memang adik yang paling baik. Maafkan aku.
(Mereka berpelukan sambil menangis)

Puisi Sutriani

RINDU


Tak seharusnya aku meniadakan kerinduan
Yang mulai semakin menyiksa pikiranku
Aku sadar sekarang kerinduan ini
Membuatku semakin mencintaiku
Aku tak berdaya untuk menghapus kerinduan ini
Kerinduan ini yang menggoda anganku
Karena di hati ini telah ada getar-getar rindu
Dan cinta yang membara
Rindu tetaplah sebuah rindu
Tak akan merubah maknanya
Meski kerinduan yang ada di hati ini
Tak terungkapkan lewat kata-kata
Tapi akan selalu aku simpan
Di lubuk hatiku yang paling dalam.
Untuk selama-lamanya.








Karya : Sutriani
HANYA KAMU

Saat tatapan mata mulai berpandang
Bersama dengan denyut jantung
Yang bergetar begitu cepat
Dengan kebersamaan dan kedekatan

Yang kita jalani telah menumbuhkan
Binar-binar rindu yang datang
Dan yang ku piker saat ini
Hanyalah tentang kamu

Yang ku rindu saat ini hanya kamu
Yang ku sebut saat ini hanya kamu
Ingin ku berkata selalu bahwa
Aku saying kamu

Karya : Sutriani






SALAM TIDUR

Lebih dari sekedar kata
Sebaris sapa yang ku tulis menyirat makna
Terdiam tentang jiwa-jiwa
Yang menyepuh hatiku
Yang terkapar di kamar tidur
Bersama sunyi aku melantunkan tembang
Saat mataku terpejam
Aku tersesat dalam arus
Tanpa sebab ada getar yang hadir
Lalu aku terlelah sepi
Dan menyebut satu kata sederhana untukmu
Ada rindu datang membawa rinduku padamu

Karya : Sutriani

CERPEN "PERTEMUAN"

PERTEMUAN


“ duh panas banget ya hari ini sudah haus, lapar pokoknya lengkap deh nggak apa-apalah panas-panasan demi mencari alamat siti gumam aji dalam hati, di perjalanan aji melihat ada sebuah batang asam yang besar.
” mungkin bisa bertedu sebentar dan menunggu matahari tidak terlalu panas lagi”
Ujar aji. Andai saja hari ini dingin tidak sepanas beberapa hari ini aku bisa membayangkan wajah siti yang cantik, tapi apa benar ya kalau siti itu cantik nggak tahunya tidak seperti yang diharapkan pikirnya dalam hati,
Kalau ada orang melihat aku bicara seperti ini aku nanti di bilang gila.tertawa sendiri, senyum-senyum sendiri pasti kata orang gila tapi nggak apa-apa deh yang penting aku nggak gila beneran. Kalau emang gila beneran duh nggak bisa di bayangkan deh cakep-cakep gila , pujinya dalam hati. Aku harus yakin kalau siti itu cantik, apa aku sekarang emang sudah gila beneran ni… gara-gara siti aku nyanyi-nyanyi sendiri nggak karuan. Di tengahg perjalanan aji melihat ada sebuah warung kopi kemudian ia mampir ke warung tersebut.
“ Assalamualaikum …, sapa aji “
Waalaikumsalam, jawab pemilik warung itu sambil mendekati aji.”
“bik aku aji, aku mau bertanya bibik tahu nggak yang namanya siti, alamatnya di mana Tanya aji “
“oh….siti yang cantik itu ya ! rumahnya tidak jauh kok, jawab pemilik warung itu”
“ oh ya bik sekalian tolong antarkan aku karena aku ingin sekali bertemu dengan dia, ujar aji . kemudian berjalanlah aji dan bibik pemilik warung itu menuju rumah siti. Sesampainya di sana aji mengetuk pintu “ tok…tok… assalamualaikum ?”
Sapa aji sambil mengetuk pintu ,
“ waalaikumsalam “. Siti membukakan pintu kelihatan nya ada yang penting ya bik ? “ Tanya siti .
“ ia ada ayang ingin bertemu dengan mu ini orangnya “
“: ya allah… betapa cantiknya dia, apakah aku bermimpi sekarang, kata aji dalam hati sambil mencubit tangannya sendiri, ternyata sakit juga ya beraarti ini benaran bukan mimpi.
Senanglah hati aji karena apa yang dia cari selama ini akhirnya ketemu juga . itulah aji orangnya pantang menyerah dan tak kenal lelah.

Karya : Sutriani

Cerpen "Upin dan Ipin"

Upin dan Ipin

Aku mempunyai seorang adik perempuan namanya Niar itu nama panggilannya kalau nama panjangnya Isniarti dan dia senang sekali menonton Upin dan Ipin. Saking senangnya dia kalau nonton film Upin dan Ipin sudah mulai entah itu pagi, siang, sore lupa mandi lupa makan, belajar dan lain-lain. Padahal dia itu perempuan lho.. bahkan tahun ini sudah SMA kelas 1. beartikan sudah besar. Aku sebagai kakak sering sekali menasehatinya. Niar kan tahun ini sudah masuk kelas satu SMA.
“Iya kak kenapa ?”
“ iya ngak mungkin dong kalau Niar terus menerus mau nonton film Upin dan IPin” jawabnyanya
“kak Film Upin dan Ipin itu lucu sekali lho… coba sekali-kali kakak perhatika mereka berdua apalagi kalau mereka itu sedang bicara rasanya kak, aku pengen tertawa terus melihat tingkah laku mereka berdua yang kadang-kadang suka iseng dan jahil”,
“iya kak tahu tapi kan banyak film-film yang lain bahkan ngak kalah serunya dari film Upin dan Ipin. Maksud kakak sinetron.”
“ Ya ngak mau dong kalau nonton sinetron pasti nagis terus masalah harta derajat dan semua yang ada dalam sinetron Cuma bisa menindas oramg yang lemah dan miskin saja, eh ternyata adik kakak pemikirannya sudah besar, iya dong kak meskipun aku suka nonton film Upin dan Ipin bukan bearti kalau aku itu masioh kecil. Tapi, film Upin dan ipin adalah hobi dan sangat menyenangkan. Tentunya kak buat aku. Iya, kak tahu.” Adikku sayang, bukan apa-apa sih kakak bilang begini kan Cuma buat kebaikan niar sendiri. Niarkan harus giat belajar lagi kan sudah mau masuk kelas satu SMA tahun ini. Nantinya kalau kamu keseringan nonton film upin dan ipin lupa sama pelajaran kakak bilang ya sama kamu kalau sudah SMA bukan wqaktunya main-main karena pelajranmnya berbeda dengan SMP.”
Niar berkata “iya kakaku sayang dan baik hati nggak usah merayu deh bukan merayu kak beneran kak. Kalau kakak itu cantiukkkkk banget.”
“ Udah ah jangan main-main terus sekarang sudah sore waktunya mandi,tapi kak bentar lagi ya madinya sekarang ngak baik mandi malam-malam ntaar sakit.”
Ya, deh kak aku mandi dulu ya ntar ceramahnya lanjut lagi. (sambil tertawa dan mencubit pipi kakaknya). Niar adikku memang agak susah diatur, tapi aku sayang banget sama dia.

Karya : Sutriani

Cerpen "Hari Yang Indah"

Hari Yang Indah

Saat ku pandang begitu indahnnya engkau terlintas dibenakku terlihatlah keagungan Tuhan. Engkau mengalir dengan indah
Oh…sungai masih banyak sekali yang aku lihat dimana di seberang jalan rumah-rumah rakit berjejeran dan ku lihat ke atas jembatan Ampera yang begitu besar dan indah sekali dilihat begitu banyak mobil dan motor di sana. Ada juga di sebelah kanan dan kiriku ada orang-orang yang sedang memancing ikan di atas sungai Musi masih ada ketek dan tumbuhan eceng gondok itu.yang warnanya hijau mengapung di atas air. Aku sangat bahagia hari itu karena sewaktu di sana aku bersama dengan teman-teman ku yang paling aku sayang dan aku cintai. Ada Febriani, Sulastinah, Roaidah dan Maleni yang gendut. Pada hari itu aku dan teman-temanku makan kemplang sangat keenakan makannya dan juga lapar diambil aja kami belum bayar pokoknya makan dulu bayarnya belakangnya. Eh…nggak tahunya makan sudah selesai dan perut sudah enakan dan kami mau bayar saat ditanya sama ibu pedagang itu. “Berapa bik, harga kempalngnya ?” tiga biji 2000 kami semua terkejut dan salinglihat-lihat dan tersenyum. Pokoiknya mahal banget makanan yang ada di sana. Kalau nggak karena perut laper ngak maulah makan kemplang di sana. Sesudah dari itu tau ngak kami semua tertawa-tawa. Yah….karna geli aja mengingat masalah makan kemplangnyakan selalu terkenan di dalam hati. Sesudah dari makan kemplang kami berfoto sambil menghadap kearah sungai lihat seolah-olah kami berada di pantai. Ah…..jadi malu..deh.. (tertawa sendiri). Tapi setelah rasanya cepat banget itu berlalu mau tahu…. Yah ternyata pada hari itu juga pelajaran perpustakaan yahh… (sanbil menghembuskan nafas yang sangat panjang). Terpaksa deh (dengan nada kesal ). Aku, Maleni, dan Roaidah kembali lagi ke kampus padahalkan kami masih mau banget seru-seruan kalau di kampus kan tidak bisa melihat Ampera sungai Musi, rumah rakit, ketek, eceng gondok dan juga orang mancing. Tetapi, ngak apa-apa deh kan demi kuliha juga. Kami bertiga langsung naik angkot menujun kampus. Sesampainya dikampus kalau bapaknya tidak masuk. Jadi tambah bete, deh…. Badan sudah capek pas datang ke kampus bapaknya ngak masuk. Terpaksalah aku bersama teman-temanku pulang ke kelasku dan kami membeli nasi kalau urusan perut. Meskipun, capek nomor satu makan. Kami makan bersama sahabat itu bagikum segala-segalanya walaupun badan terasa sakit.tapi yang penting bisa tertawa bersama-sama.

Karya : Sutriani