Sabtu, 03 Juli 2010

puisi Sulastinah

GALAU
OLEH : Sulastinah

Angin terus berkata pada pohon
Burung-burung berkeliaran di angkasa
Ombak terus menerjang
Tapi, aku masih tetap terdiam membisu
Sampai pasir menyelimuti tubuhku
Air laut berubah menjadi darah
Awan berwarna -warna
Bumi tak lagi berbisik


Entah di mana?
Oleh : Sulastinah

Resah....
Gelisah...
selalu menghantui diriku
yang selau datang menghampiri setiap denyut jantungku
haruskah ku mencari sesuatu?

Tapi,
Apa itu?
apa yang kucari berbentuk bintang yang gemerlapan
Tapi,
kapan dan dimana harus kudapatkan bintang itu?
bintang yang menyinari kegelapan dan kesunyian hatiku.
Bintang yang menerangi hidup dan jiwaku
andaikan bintang itu ada di depan mataku
kan ku raih dengan tanganku sendiri
tak seorangpun ku biarkan meraih bintang itu
karena bintang itu
milik ku
selamanya
dan selamanya


KEBERSAMAAN
Oleh : Sulastinah

Ketika bumi terpejam
Langit membisu
Takutku terus menghantui
Takut tidak mampu melihat keindahan lagi
Takut tidak bisa bertegur sapa dengan alam
Tapi...
Harapku seakan mengalahkan segalanya
Keinginan hati menyayatkan jiwa
Yang lemah dan sayangku menghapus Kegalauan
Kepadamu aku berikan pelangi hati...
Yang menjagamu sampai ku miliki



KEGUNDAHAN HATI
Oleh : Sulastinah

Di malam yang gelap
Hati yang gundah
Bagai diterjang gelombang
dan badai Terangilah diriku
rembulan…
Berikan aku cahayamu yang terang
Di dalam kegundahan hatiku ini
Agar tetap terang seterang cahayamu
Hembusan angin yang sejuk
Seakan membawa diri dalam angan mimpi
Membawa diri dalam pedihnya jiwa
Membawa diri dalam ketenangan hati yang Gundah




HUJAN
Oleh : Sulastinah

Duniaku berada dalam kegelapan
Matahari seolah sembunyi dibalik awan
Menatap tajam dari kejauhan
Awan hitam menggantung dibirunya
dan Menutup biasnya cahaya mentari
Suara guntur menggelegar
Memecah kesunyian
Tik... tik ... tik...
Butiran-butiran kecil bening
Bak pecahan kaca yang berhamburan
Jatuh membasahi seluruh alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar