Oleh : Sulastinah
NPM : 2007112281
Seorang remaja masuk dan langsung membantingkan semua buku-buku yang ia bawa.
Sintia : Aku bosan dengan semua ini, selalu setiap hari kerjaku hanya membuat tugas-tugas yang membuat kepalaku pusing, busyit dengan semuanya. (sambil mengambil air minum)
Lalu Rei datang sambil memamerkan buku-buku yang ia bawa.
Rei : Sin, aku dapat bukunya, aku tinggal buat tugas kita tadi, kalau sudah selesai semuanya aku mau jalan-jalan dulu sebelum semeteran tiba.(memamerkan tanpa rasa bersalah)
Sintia : Busyit dengan semuanya, aku benci dengan semua ini, selalu dan selalu, tiap hari gini-gini aja kerjaan kita, kuliah, tugas, ujian, kuliah lagi, tugas lagi, dan lagi.
Rei : Kamu kenapa Sin?
Sintia : Aku pusing Rei, dari tadi aku sudah mengubek-ubek loakan, tapi aku tidak menemukan buku yang ditugaskan dari pak Ali, Bapak itu bisanya memberikan tugas, tanpa berfikir apa semua mahasiswanya dapat dengan mudah menemukan apa yang diinginkannya.
Rei : Buktinya aku dapat Sin, mungkin kamu bukan mencari buku kali, kalu kamu cari buku nggak mungkin kamu nggak dapat sedangkan aku dapat. Makanya jangan cari di loakan neng, modal dikit napa (ejek Rei)
Sintia : Kamu jangan sembarangan Rei, emang kamu kira aku dari pagi di loakan cari laki-laki mata keranjang apa? Judul kamu sih enak, gampang carinya, coba kalau tugas aku, itu buku lama jadi mana ada di toko buku, nyarinya di loakan, itupun kalau-kalau ada.
Rei : ya deh, jangan marah gitu napa sih, ya aku tahu, emang dosen kita satu ini, jenius tapi aneh, zaman sekarang masih aja minta buku yang diterbitin tahun masa penjajahan, emang dia pikir kita hidup lebih dulu dari dia hingga kita punya buku itu.
Sintia : itulah yang buat aku kesel ma tu Bapak, aku doain tuh Bapak nggak dapat keturunan deh,,,,
Rei : husss, sembarangan kamu Sin, nggak boleh gitu.
Sintia : Biarin, biar dia tahu rasa gimana kalau hidupnya dibuat susah, jadi dia nggak buat mahasiswanya susah juga.
Tidak lama kemudian suara ponsel Sintia berdering dan ia lihat nama yang tertera di ponselnya, nama itu yang membuat hati Sintia meluap-luap.
Sintia : Halo, ada apa ya Pak?
Pak Ali : Halo Sintia, gimana udah dapat buku-bukunya?
Sintia : mau cari di mana pak buku itu? Itukan buku tua, buku zaman penjajahan, jadi mana ada orang yang jual buku itu, kecuali kalau ada kakek neneknya yang masih hidup sampe sekarang yang zamannya dulu mencicipi bangku sekolah (jawab Sintia ketus)
Pak Ali : ya udah, jangan cemberut gitu, ntar tambah banyak keriputannya, ntar kamu ambil bukunya sama bapak, kita ketemu di rumah makan aja, bapak tunggu jam 2 siang. Kalau mau bukunya sih, nggak mau juga nggak apa-apa.
Sintia : ya udah deh pak ntar aku datang, bapak tunggu saja di sana, aku sama Rei ya pak?
Pak Ali : Kamu sendirian saja, jangan ajak siapa-siapa! (ancam pak Ali dan langsung menutup ponselnya)
Sintia : gila ya tuh bapak, masak aku snedirian sih ngambil buku itu, ntar kalau diliat anak-anak lain dikira aku ngapain juga, terus istrinya itu kalau sampe tahu bias mati berdiri deh aku.
Rei : Ada apa Sin? Tuh bapak nyuruh kamu datang sendirian ya? Hati-hati Sin, tuh bapak terkenal genit lho, terus istrinya itu…ih…tahu sendiri deh kamu.
Sesampai di rumah makan Sintia melihat pak Ali dengan stelan baju kemeja berwarna biru garis-garis dan celana dasar hitam. Pak Ali melihat Sintia dan langsung melambaikan tanganny ke arah Sintia.
Sintia : ih…dasar laki-laki tua nggak tahu diri, udah tua, jelek nggak sadar diri juga (omel Sintia dalam hati). Maaf pak saya dating terlambat, maklum naik angkot, jadi harus nunggu dulu.
Pak Ali : hahaha, maaf kan bapak kalau bapak sudah menyusahkan kamu, bapak sudah tahu kamu pasti tidak akan menemukan buku itu.
Sintia : Kalau sudah tahu kenapa bapak masih ngasih saya tugas itu pak, bapak sengaja ya nyusahin saya, biar saya nggak lulus mata kuliah bapak?
Pak Ali : maafkan bapak, bukan itu maksud bapak, bapak Cuma mau cari alas an saja supaya kita bias bertemu, kalau nggak kayak gitu, kamu mana mungkin mau ketemu bapak.
Sintia : Pasti dong pak, ngapain juga kita harus ketemu, ntar kalau diliat teman-teman, atau dosen yang lain gimana, ntar dikirain kita berbuat ynag macam-macam juga, belum lagi istri bapak yang kabarnya galak itu. Ya udah deh pak, jadi gimana dengan tugas saya, apa saya harus ganti judul?
Pak Ali : Sabarlah dulu, kita makan dulu setelah itu baru kita bicarakan masalah tugas kamu. (tawar pak Ali sambil tersenyum genit)
Sintia : nggak deh pak makasih, aku buru-buru ada kerjaan lain.
Tidak lama kemudian istri pak Ali datang dan langsung melabrak keduanya.
Sintia ; eh…ehmm…ibu, maaf bu, ini nggak apa yang ibu kira, saya dan pak Ali hany membicarakan masalah tugas, nggak lebih, benran deh bu, suer!!!
Istri pak Ali tertawa sambil berkata
Istri pak Ali : Kamu jangan takut gitu sintia, ibu tahu kok, lagian ibu nggak marah sama kamu, sebenarnya ini rencana ibu, ibu yang nyuruh bapak supaya ngerjain kamu.
Sintia bingung dengan apa yang dikatakan istri pak Ali.
Istri pak Ali : kamu jangan bingung begitu, tenanglah dulu, kami tidak ada maksud yang jelek, kami hanya ingin membicarakan kalau kami ingin mengadopsi kamu sebagai anak angkat kami, kamu kan tahu sendiri kalau pernikahan kami tidak dibuahi keturunan, ibu pernah melihat kamu di kampus, makanya ibu bilang sama bapak supaya kami bias bertemu dengan kamu dan membicarakan semua ini, kami tahu kalau kamu tidak dibuat begini, kamu tidak akan mungkin mau bertemu.
Pak Ali : benar Sin, maafkan kami kalau sudah membuatmu ketakutan, tapi jujur kami tidak ada maksud jahat kepadamu.
Sintia : maafkan saya juga pak, bu yang sudah buruk sangka, saya mau jadi anak angkat kalian.
Istri pak Ali : maksih ya nak, mungkin Tuhan tidak memberikan kami keturunan dari darah kami tapi memberikan kami anak yang cantik dan baik seperti kamu, kami sangat bersyukur sekali kamu sudah mau menerima kami sebagai orang tua angkatmu.
TAMAT
Sabtu, 03 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar