PENJARA SUCI
Karya : Roaidah
Sinar mentari yang begitu tajam menyinari dunia yang pana ini, seakan hujan tak akan meluncur lagi, suasana rumah Fatimah pun terasa tentram ia pun sambil merebahkan tubuhnya tubuhnya ketempat tidur dengan senyum yang melebar merasa legah, kelulusan telah berpihak pada dirinya tapi, seketika terdengar olehnya suara dari ruang tamunya ia diam sejenak ternyata itu pembicaraan orang tuanya yang sedang membicarakan kelanjutan sekolah Fatimah, tak lama terdengar olehnya suara ibunya memanggil namanya.
“ Fatimah … sini dulu nak, ayah sama ibu mau ngobrol-ngobrol sama kamu, masak di kamar terus “
“ ia bu bentar ! “
Di saat ibu Fatimah sudah ngobrol-ngobrol sama Fatimah, akhirnya ayahnya berbicara langsung kepada Fatimah.
“ Nak sebenarnya ayah sama ibu membicarakan tentang sekolah kamu, kamu mau nya meneruskan sekolah di mana ?”
“ Udahlah yah aku mau ngelanjuti di SMA yah ! aku kan lulusan SMP lagian ayah sama ibu tahu kalau aku mampu di bidang IPS.”
Ayah dan ibunya Fatimah saling lihat dan terdiam, akhirnya Fatimah langsung meninggalkan ruang tamu dan menuju kekamar tidurnya. Ibunya pun langsung menuju kamar Fatimah.
“ Nak… kenapa kamu langsung pergi begitu saja ? ayah sama ibu belum selesai ngobrolnya “
“ nggak bu …Fatimah Cuma kok bu… ! “
Ia sudah kamu istirahat ia…ibu mau masak untuk makan siang. Siang pun tiba mereka makan siang bersama. Keesokan harinya tibalah tanggal penerimaan siswa dan siswi baru, pak Saleh dan ibu saleha pun sudah siap mau pergi untuk membawa Fatimah mendaftar sebagai siswi baru. Ibu saleha langsung membangun Fatimah, fatimah sempat kaget pagi-pagi sudah dibanguni. Dan mereka pun langsung meluncur ke jalan, dalam hati Fatimah gelisa ( sebenarnya ayah sama ibu mau ngajak aku ke mana ) tiba-tiba sampai ke tempat tujuan, fatimah pun terkejut.
“ Ayah, ibu… sebenarnya kita ngapain dating kesini ?”
“sudahlah entar kamu tahu sendiri … ayo masuk “
Sangat terkejut fatimah tiba-tiba ayah dan ibunya ternyata mendaftar dia sebagai santriwati baru, marah, kecewa, lesuh dan lemas perasaan fatimah tak karuan, pipinya yang mulus di basahi deraian air mata yang tak bias ia tahankan lagi.
Pengumuman pun tiba, akhirnya fatimah sah menjadi seorang santriwati, mau tidak mau itulah yang harus ia terima. Setelah berlangsung ia pun sulit untuk menyesuaikan dirinya dengan kehidupan yang baru. Tiba-tiba Fatimah menangis karena ia ingat akan orang tuanya, ia tidak mau pisah sdari orang tuanya, datanglah seorang pengasuh dan ia menasehati fatimah sambil mengelus-elus kepalanya dan berkata.
“ Nak … jangan sedih lagi ya….di sini ada ibu sebagai orang tua kamu yang kedua, anggap saja ibu ini adalah orang tua kamu ! ini hal biasa yang di alami seorang santri yang pertama kali menjadi santri “.
Akhirnya fatimah dapat menerima masukkan dan nasehat pengasuhnya. Di sekolah, fatimah ia ada suka sama seorang laki-laki ia cukup popular di sekolah itu, ia bernama amar akhirnya mereka kenalan, dengan perkenalan sudah cukup dekat mereka pun resmi pacaran tapi mereka jarang sekali bertemu mereka hanya kirim-kiriman surat karena situasi sangat tidak memungkinkan, jadi amar ingin mengajak fatimah bertemu di sebuah tempat di luar komplek.
Di saat mereka ingin bertemu ternyata ada seorang pengasuh mengiring mereka secara diam-diam, di saat merekasedang duduk berdua, pengurus dating secara tiba-tiba dengan wajah emosi, hingga akhirnya mereka di hokum dan di suruh menghadap pimpinan, ketika sampai di rumah pimpinan, pimpinan pun langsung mengeluarkan kata-kata yang mengejutkan .
“ Apakah kalian sudah sanggup untuk menikah ?”
Mereka pun saling lihat dan ketakutan dengan pertanyaan pimpinan tadi.
“ Kenapa kalian diam ? belum sanggup kalian menikah ! “
“ ya sudah kalau kalian belum sanggup menikah, tapi kenapa kalian pacaran ?”
Fatimah pun sangat terkejut dengan pernyataan pimpinannya karena bersih keras ingin menyuruh mereka menikah, mereka pun mohon-mohon supaya mencabut perkataan beliau. Dengan rasa kasihan pun akhirnya pimpinan mengabul permintaan mereka dengan syarat bahwa mereka harus mengakhiri hubungan meraka segera, di saat inilah perasaan Fatimah benar-benar hancur ia mearsa hidup di pesantren yang serba tidak boleh seakan hidup di penjara tapi cuma yang membedakannya di pesantren tempat orang yang beriman dan tempat menuntut ilmu agama Tuhan. Dalam pikiran fatimah tidak ada hal lain kecuali ia ingin keluar dari penjara suci, “lugas Fatimah “
Hingga mereka kembali ke asrama masing-masing, sampai di asrama fatimah menangis tersedu-sedu dan ia mau segera mungkin ingin keluar dari pesantren itu tiba-tiba pengasuhnya menghampirinya dan menasehati Fatimah hingga akhirnya Fatimah mandi dan istirahat. Keesokan harinya fatimah tidak masuk sekolah di kabarkan bahwa ia sakit kulit. Fatimah terkejut melihat tubuhnya ditumbuhi bentol-bentol merah, penyakit itu tak pernah Fatimah temui jadi ia sangat cemas, di asrama yang hening Fatimah pun sangat sedih menurut dia begitu banyak halangan belum selesai yang satu sudah muncul masalah yang baru. Fatimah semakin tidak betah hingga satu minggu masih belum sembuh karena berobat di puskesmas yang seadanya, rasa sabar fatimah sudah musnah akhirnya di kabarkan bahwa ia minggat, pulang tanpa izin, teman-teman dan pengasuhnya panik melihat fatimah tidak ada lagi di tempat tidur, mereka pun sibuk kesana kemari dan langsung melapor dengan ketua pengasuh dan langsung menghubungi orang tua fatimah tapi ternyata fatimah tidak ada di rumah, orang tunya sangat panik ketika mendapat kabar fatimah pergi dari asrama, semuanya khawatir dengan keadaan fatimah. Sore pun tiba tapi fatimah tak kunjung datang begitu pula dengan pengasuhnya hingga sore tak ada kabar dari fatimah, hingga malam pun tiba . orang tua fatimah pun makan malam, di saat makan malam berlangsung tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.
“ Ayah tolong buka yah … ibu malas jalan “
Pak saleh pun menuju pintu dengan senang hati karena ia menyangka itu pasti fatimah anaknya. Tetapi ketika dibuka ia pun terkejut , tapi masih senang dan tersenyum orang tua pak saleh dari kampung datang.
“Ibu coba tebak siapa yang datang ?”
“ Pasti anak kita kan yah…!”
Setelah ibu saleha menuju ruang tamu ternyata bukan anaknya yang datang melainkan mertuanya .
Meskipun bukan anaknya yang datang tapi ibu saleha tetap senang dengan kedatangan mertuanya dan mereka langsung makan malam bersama ,selama makan malam berlangsung nenek fatimah pun bertanya kepada saleha .
“ leha Fatimah cucu ibu mana ?”
“emm…. Ftaimah sekolah bu… di pesantren !”
“ oh… sekolah di sana ya…bagus kalau begitu berarti cucu ibu akan menjadi orang yang baik, bagaimana kalau kita besok kita pergi ke pesantren tempat fatimah belajar ! “
Pak saleh dan ibu saleha saling lihat dan pak saleh langsung menjawab.
“ Ibu… bukannya kami tidak membolehkan ibu kesana, tapi ibu kan baru sampai malam ini , sebaiknya ibu besok istirahat saja dulu !”
Ibu saleha pun memotong pembicaraan pak saleh.
“ iya bu…besok ibu istirahat dulu , entar kalau ibu sudah tidak kecapekan lagi baru kita sama-sama mengunjungi fatimah”
Tak lama kemudian telepon pak saleh berdering.
” kring…kring…”
“ia hallo ! “
“ ia pak ! ini ini benar pak saleh ? orang tuanya fatimah ! “
“ oh iya benar … , ini siapa ?”
“ ini yunita teman fatimah pak ! sebenarnya fatimah ada di rumah saya pak “
“ Apa…?fatimah anak saya ada di rumah kamu ! anak bapak baik-baik saja kan nak… ?”
“ iya pak…! Fatimah sekarang lagi makan, gini saja pak, bapak sama ibu datang saja kerumah saya untuk merayu dan membujuk fatimah “
“ oh….ia kami akan segera ke sana iya !
“ iya pak.”
Pak saleh pun menutup teleponnya dan langsung memberi tahu kepada bu saleha tentang kabar baik ini. Dan mereka langsung menuju rumah yunita, sesampai di sana fatimah terkejut karena nggak ada angina nggak ada apa-apa tiba-tiba dia melihat bahwa yang datang adalah orang tunya, saat orang tuanya ingin memeluknya fatimah cuek dan langsung pergi , yunita saling lihat sama orang tunya fatimah.
“ Pak…bu… sabar iya ! “
“ iya nak nggak apa-apayang penting ibu sama bapak sudah tahu keadaan fatimah “
“ tunggu sebentar iya bu ! biar aku yang bicara sama fatimah “
“ iya nak… “
Akhirnya yunita masuk kamarnya untuk berbicara sama fatimah, hamper satu jam pak saleh dan ibu saleha menuggu yunita dan fatimah keluar dari kamarnya akhirnya tiba di ruang tamu dan fatimah langsung salaman sama orang tunya sambil menangis.
“ Pak…bu…maafin fatimah iya …fatimah sudah membuat bapak dan ibu khawatir dan kecewa sama fatimah “
“ iya sudah nak… jangan nangis lagi malu di lihat yunita , kita langsung pulang yuk nak ada nenek dirumah sudah menuggu dari tadi “
“ iya bu kita pulang sekarang nggak enak ngerepoti yunita terus”
Akhirnya mereka pulang kerumah mereka sendiri.
” yun bapak sama ibu pamit dulu, terima kasih banyak karena yunita sudah baik sama fatimah “
“ iya pak sam-sama “
“ iya kami pamit dulu iya “
“ ia pak…hati-hati pak, bu… di jalan “
Mereka pun pulang, sesampai dirumah nenek fatimah langsung mencium fatimah karena sudah lama tidak bertemu dan fatimah menuju kamarnya untuk istirahat, begitupun orang tuanya.
Keesokan harinya fatimah kembali ketempat sekolahnya meskipun tidak dengan sepenuh hati ia dapat menerima kenyataan itu tapi fatimah mencoba untuk hidup sebagai santriwati yang sejati.
Jumat, 09 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar