Kamis, 08 Juli 2010

KESABARAN SELALU MEMBAWA KEBERKAHAN

Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti,udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin .Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.
Di perempatan jalan, Umar,seaorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah,dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan plastik.
“korannya, Bu ?tawar Umar mengalahkan suara air hujan.
Dari balik kaca mobil Si Ibu menatap dengan kasihan,dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran.
Dikeluarkannya satu lembar dua puluh dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengeluarkan lembaran uang .
“Mau koran yang mana, Bu ? tanya Umar dengan riang.
“Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca,”jawab si ibu.
Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu di ulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima
“terimah kasih Bu,Saya menjual koran,kalau ibu mau beli koran silakan,tapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma , mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”’Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.
Dengan geram ibu menerima kebali uang pemberiannya,raut mukanya tampak kesal,dengan cepat di naikannya kaca mobil.
Dari dalam mobil ia menggerutu”udah miskin sombong”
Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukan warna hijau,mininggalkan umar yang termenung penuh tanda tanya.
Umar berlari ke tepi,dia mencoba merapatkan tubuhnya ke dinding ruko tempatnya berteduh.Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel.Sambil termenung dia menatap nanar rinti-rintik didepannya.
“Ya Tuhan,hari ini belum satupun koran yang laku”gumamnya lemah.
Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda,Umar masi saja duduk berteduh di emperan ruko,sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.
Tiba-tiba di depannya sebuah mobil berhenti,seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah.
“Tukang gorengan sialan,minyak kayak gini bisa bikin batuk”,Dengan penuh kebencian di campakannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah,dan beranjak masuk ke mobil.
Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.
“Mohon maaf Pak, boleh saya mengambil gorengan yang baru saja Bapak buang untuk saya makan,” pinta umar dengan penuh harap.
Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil di depannya.Harusnya dia bisa mengambilnya dari tong sampah tanpa harus mintak ijin.Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.
“Nak, Bapak bisa memberikan kamu makan yang baru ,kalu kamu mau.
“Terimah kasih, Pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi say,bole khan,Pak?”tanya Umar sekali lagi.
“Bbbbbooooooooolleeeehhhhhhhhhh” jawab pria tersebut dengan tertegun.

Umar berlari riang menuju tong sampah,dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan,sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.
Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus umar yang sedang makan.Dengan perasaan berkecamuk didekatinya Umar.
“Nak bolehkah bapak bertanya,kenapa kamu harus meminta ijinku makanan yang sudah aku buang,”Dengan lembut pria itu bertanya dan manatap wajah anak kecil di depannya penuh perasaan kasiahan.
“karena saya melihat bapak yang membuangnya,saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalu saya bisa memintak ijin kepada pemiliknya,meskipun bagi Bapak sudah tidak berharga,tapi bagi saya makanan ini sangat berharga,dan saya pantas meminta ijin memakannya,”jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak gorengan.
Pria itu sejenak terdiam,dalam batinnya berkata,anak ini sangat luar biasa.
“Satu lagi, Nak,Aku kesihan melihatmu,Aku lihat kamu basah dan kedinginan, Aku ingin membelikan kamu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya?
Sianak kecil tersenyum dengan manis,
“Maaf Pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak.Buat saya makanan sekantong gorengan hari ini lebih dari cukup.Kalau saya mencampakan gorengan ini dan menerima tawaran makanan lain yang menurut Bapak lebih layak,maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir,basah oleh air dan hanya akan menjadi makanan tikus.
Tapi bukannya kamu menyia-nyiakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran dimana Aku yang akan mentraktir? Ujar Bapak dengan nada agak tinggi karena merasa anak di depannya berfikir keliru.
Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh.
“Pak ! saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini.Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia bersyukur dan merasa cukup atas anugrah hari ini,bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya dikemudian hari.
Umar berhenti berbicara sebentar,lalu diciumnya tangan laki-laki didepannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,” kalau hari ini saya makan di lestoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan hari saya menginginkannya kembali sementara Bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khwatir apakah saya masih bisah merasakan kebahagiaannya.”
Pria tersebut masih saja terpanah,dia mengamati anak kecil didepannya yang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.
“Ternyata bukan dia yang patut dikasihani,karena aku jarang bisa berdamai hari ini.



BY: Rim@Y

Tidak ada komentar:

Posting Komentar