Jumat, 09 Juli 2010

Cerpen "DUA PEREMPUAN BERCERITA TENTANG BUKIT"

DUA PEREMPUAN BERCERITA TENTANG BUKIT


Perempuan itu berbaring lemah. Sudah satu minggu ia tergolek di dipan masih untung cepat di temukan. Kalau tidak tak tahu apa yang akan terjadi
“ Kasihan kamu nak, zainab membathin .”
“ apa yang yang terjadi dengan Rendi bik, ?”
Ani tak mengalih pandangan .”
“Jendela di tutup saja ya nanti kamu masuk angina”
“ jangan bik biarkan saja. Bik sebenarnya apa yang terjadi pada kak rendi ? kata pini lagi”
“ia pini kakak mu “ ani memutus kata-katanya. Kenapa dengan suamiku bik ?
Angina masuk berkesiur di gorden. Zainab bergeming . tidak apa-apa kamu tidak usah khawatir lanjutnya datar. Pintu pelan di buka muncul lelaki membawa genggaman plastic warna hitam di tangannya.
“ ini ayah bawakan kepiting kesukaanmu nak…( katanya sambil menutup pintu ).
“ o.. iya pini apa ayahmu pernah bercerita tentang bukit. Di bukit itu dulu bibik dan ayahmu tinggal bersama kakek-nenekmu. Kakek dan nenekmu memilih hidup di bukit itu karena mereka sama-sama menyukai laut yang bisa di pandang dari rumahnya di atas bukit yang menghadap ke laut kata zainab.
“Di rumah di bukit itu juga ayahmu di lahirkan” kata zainab .
“ mengapa pindah ke sini bik….mengapa tidak berumah di bukit seterusnya
“Lama-lama bukit membosankan sejak ayahmu dilahirkan dan beberapa tahun kemudian bibk juga di lahirkan, bukit itu kalau malam hari sangat dingin dan ayahmu serta bibik tidak kuat dingin, di bukit itu juga tidak bisa tergapai listrik. Zainab melirik dinding matanya tertabrak pada foto pini dan suaminya.”
“ sebenarnya bibik menyukai bukit dan laut, bukit dan laut saling melindungi karena bukitlah laut sebelah sana tak pernah tumpah”, lanjutnya.”
“bukit dan laut di sebelahnya itu selalu menandakan kepergian,” zainab terkejut sendiri
Zainab mengusap-usap kening pini apakah aku harus mengatakanya tanyanya dalam hati.

Awalnya zainab tak tau apa yang menyebabkan keponakannya itu nekat berperahu di laut. Namun sejak budi ayah pini memberitahu apa yang sebenarnya terjadi zainab cukup paham. Hampir saja zainab hilang kesadaran saat budi menjelaskan itu.
‘ Nab klita semua harus menerima semua ini “
“Maksud mu apa kak? Zainab terkesiap karena semua inilah ani berperahu sendirian ke laut”
“ha… ! aku tidak mengerti rendi kenapa ? ada telepon dari tempatnya bekerja yang ku terima di rumah kepala desa muara enim. Ada kabar apa.
“kita harus bisa menerimanya Rendi kalau sudah meninggal.”
Budi menunduk berat , zainab tak bergerak, tidak mungkin masih belum percaya dengan kenyataan, tetapi itulah adanya terima tidaknya apa hendak di kata .
Kalau Rendi sudah tiada.


Karya : Roaidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar