ANDINI
Karya : Roaidah
Sintya merasa sebilah belati sangat lancip dan tajam langsung menghujam tepat pada jantungnya. Sesuatu yang selama ini dikhawatirkannya akhirnya benar-benar terjadi kehamilan Andini.
“ Aku benar-benar telah gagal sebagai wanita, sebagai istri, dan sebagai ibu, “ Sintya meratap sendirian di ruang kamarnya setelah Andini mengaku sudah terlambat hampir dua bulan. Lalu, apa kata Ferdi, suaminya, nanti ? dia tentu akan marah besar karena sebagai istri dan ibu, Sintya tak berhasil mendidik Andini dengan baik. Ferdi memang merestui hubungan Andini dan Antoni, namun dia tentu takkan membiarkan keduanya menikah cepat dan lebih-lebih karena kecelakaan. Tak ada yang salah pada diri Antoni
Tak ada yang salah pada diri Antoni. Tubuhnya atletis, kulit putih, tampan bekerja sebagai teknisi yuniordi sebuah perusahaan penerbangan swasta dengan penghasilan lebih dari cukup. Dia juga santun tak pernah terlibat narkoba dan minuman keras. Sebagai laki-laki dia idaman.
Selama ini sintya memang satu-satunya penghuni rumah itu yang tak merestui hubungan Andini dan Antoni, karena dia sudah tahu siapa Antoni. Satu-satunya kesalahan Antoni Cuma karena dia memiliki ayah bernama Barja.
“ Ibuku marah besar, Ton, “ Antoni mendengar suara Andini lewat telepon.
“ Wajar “ Antoni menjawab sambil terus memeriksa berkas-berkas di hadapannya.
“ Kamu kok seperti tanpa beban ? kamu nggak khawatir ?“ Andini memprotes.
Antoni tertawa ringan “ Orang tua mana yang tidak marah mendengar putrinya hamil ? itu melanggar aturan agama mana pun kau pun akan melakukan hal yang sama jika kelak anak kita mengalami hal yang sama.
“ Hus Andini memotong “ Anak kita “ ? Andini menyambung sesaat berikutnya memangnya kamu yakin kita akan menikah ? “
Antoni kembali tertawa. ” Yakin. Aku juga yakin kamu akan hara-kiri bila aku tinggalkan, “ Antoni mengakhiri kalimatnya dengan suara tawa. Udah ah …jangan tertawa terus . Aku harus melakukan apa?
“ nggak ada yang harus kamu lakukan kecuali menunggu “ Liat saja apa yang akan terjadi pada hari berikutnya.
Andini menutup teleponnya . Andini pun dapat telepon dari atasannya .
“ Din, tolong periksa lagi laporan keungan ya. Sepertinya masih belum pas .
“ Oke bos ! “ jawab Andini lugas.
Ferdi pun menyudahi kemarahannya dengan tarikan napas dalam. Duduk di hadapannya, Sintya sama sekali tak berani mengangkat kepalanya.
“ Andini dan Antoni harus segera di nikahkan” katanya .
Bagi Sintya, kalimat itu menjadi sebuah vonis mematikan yang tak bias dielakkannya. Segunung sesal menyumbat pernapasannya membuatnya tersengal. Ingin dikatakannya kepada suaminya siapa Antoni agar pernikahan itu tak pernah terjadi. Tapi, jika penjelasan itu sampai dikeluarkannya, sangat mungkin Ferdi akan membunuhnyya.
Atau mencampakkannya ke liang paling busuk sementara dia hanya bisa meratap dan pasrah.
Laki-laki mana yang mau mendengar penjelasan perselingkuhan istrinya dengan pria lain ? suami mana yang secara ikhlas mau menerima kenyataan bahwa putrinya adalah anak hasil hubungan gelap istrinya dengan laki-laki lain ?
Sintya merebahkan tubuhnya di sofa di ruang depan setelah suaminya melangkah keluar dan pergi entah kemana. Wajah Barja, laki-laki yang telah melenakannya bermain-main dalam benaknya. Sintya melenguh membuang rasa sesalnya namun dia tak bisa mencampakkan kenyataan bahwa pada akhirnya dia baru bisa hamil setelah hamper empat tahun menikah. Dan itu terjadi setelah Barja mampu meluluhkan benteng pertahanan kesetiaannya pada Ferdi suaminya.
Sintya yang membuat pertemuan dengan Barja terjadi di suatu tempat. Tetapi sintya merasa tak cukup punya latar belakang dan motivasi untuk bertindak seperti itu. Jika kelak di tertangkap polisi dia akan berusaha mengelak dengan berbagai cara untuk mendapatkan alas an tindakannya.karena ia tak cukup berani untuk berkata jujur.
“ Yang aku inginkan pernikahan ini tak akan pernah terjadi, “ ucap sintya lugas. Barja menatap lekat mata wanita di hadapannya .
“ Kau tahu, tak ada yang bisa kita lakukan “ kita Cuma bisa pasrah pada kenyataan.
‘ Tapi risikonya sangat patal barja !.“ tapi apa hendak di kata pernikahan antara Antoni dan Andini pun terjadi. Meskipun sintya sudah berniat untuk membunuh salah satu dari anaknya. Tapi dengan pertemuan sintya dengan Barja, Barjapun tidak senekat sintya, akhirnya sintya dan barja hanya pasrah.
Sintya di dera rasa lelah luar biasa ketika dia harus memaksakan diri mengumbar senyumnya kepada setiap tamu yang dating ke pesta pernikahan Andini dan Antoni. Belum pernah ia merasakan selelah itu. Sepanjang pesta berlangsung, dia harus terus bersikap manis kepada semua orang, family, sanak saudara, tetangga, dan teman-teman yang dating untuk member restu.
Tak pernah terbayangkan semua ini pada akhirnya terjadi, ingin rasanya Sintya mati saja agar penderitaannya berakhir. Atau ingin dia waktu berputar balik ke masa remajanya agar dia bisa menjalani kehidupannya yang lurus dan tak pernah membiarkan laki-laki lain menjamah tubuhnya selain suaminya sendiri. Mungkin dia tak kan memiliki anak dari Ferdi yang kemandulannya tak pernah terbukti secara medis. Tapi dia bisa mengadopsi anak dari salah-satu panti asuhan di kota ini. Itu bisa jadi lebih baik dari pada memiliki anak kandung namun pria lain yang bukan suaminya sendiri.
Kini, di balik gaun anggun yang dikenakannya, Sintya justru merasa menjadi wanita yang paling kotor di seantaro dunia. Dia berdosa kepada Tuhan karena tak mematuhi ajaran-ajaran-Nya. Dia sangat berdosa kepada suaminya karena telah melakukan pengkhianatan yang pasti tak kan termaafkan bila suaminya sampai tahu.
Di ujung sana, Sintya melihat titik, istri Barja dengan suka cita membalas ucapan selamat dari tamu-tamunya.kebahagiaan titik kini sempurna karena dia bisa mengantarkan sang anak ke pelaminan dengan Andini, seorang gadis cantik dengan pendidikan tinggi dan pekerjaan yang menjanjikan masa depan gemilang.
Mengapa Tuhan tidak menjadikan aku titik saja, dan titik menjadi aku, pikir Sintya. Rasa irih sintya pun muncul. Tapi tatkala titik dapat telepon dari seseorang, ternyata laki-laki itu bernama gusman, ia seorang selingkuhan titik, sejak SMA mereka pacaran. Dan yang lebih patal lagi ternyata Antoni adalah anak kandung Gusman.
“ Siapa ini ?”
“Gusman”
Titik menarik napas .
“ Mau apa kamu “ dia bertanya sambil melihat sekeliling.
“ Ingin kuucapkan selamat atas perkawinan Antoni anak kita.”
Titik terdiam, ada sedikit debar di dadanya .
“ Ku harap ini terakhir kalinya kamu menghubungi aku “ kata titik dengan hati teriris.
“ Ya ini yang terakhir, aku tak ingin mengusik kebahagiaanmu”
Titik pun menutup teleponnya dan menghapus bintik keringat yang tiba-tiba menyembul di dahinya.
Jumat, 09 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar