Nama : Mitra Erchandra
Nim : 2007112026
Semilir angin musim semi memancarkan keindahan di salah satu sudut kamarku. Di sekitar taman-taman dan tunas pepohonan tersinari cahaya matahari berwarna keemasan. Angin yang sejuk, burung-burung bernyanyi, serta kilauan sinarnya membuat diriku semakin bersemangat menapakkan kakiku di universitas yang baru. Aku adalah mahasiswa baru di universitas ini, dan hari ini adalah hari pertamaku menginjak kampus.
Aku duduk di semester 1. A dan betapa senangnya ketika diriku menjadi seorang pemimpin kelas, walaupun pemimpin mempunyai amanat yang begitu besar, tapi aku berusaha menjadi seorang pemimpin yang baik dalam kelas ini. Hingga pada akhirnya aku telah mengenal semua teman-temanku sekelas yang wataknya berbeda-beda. Selama semester ini aku ingin menjadi mahasiswa yang modern tetapi tetap bertakwa. Selama aku mengikuti organisasi aku mempunyai 2 orang teman yang sangat akrab yaitu Benny dan Ferry kami bertiga mempunyai karakter yang berbeda tetapi mempunyai motivasi yang sama yaitu ingin menjadi manusia yang berakhlak baik di mata Allah dan sesama manusia.
“ Bintang, besok kita rapat pemilihan penggurus organisasi 2008-2009!”. Ujar Benny pada bintang yang sedang duduk di Musholah.
“Iya, tolong kabarin teman-teman yang lain ya,!”. Jawab Bintang.
“Iya Bin”. Ujar Benny yang sedang bercakap bersama rekan-rekan organisasinya.
Semester 1 dan 2 tidak ada seseorang yang mengisi hari-hari Bintang, seperti Mahasiswa pada umumnya yang mempunyai seorang pacar. Bintang hanya sibuk dengan organisasi dan pekerjaannya sebagai guru privat. Bintang termasuk seorang laki-laki yang tidak begitu mengedepankan sesosok wanita yang ingin dijadikan pacar, malahan sebaliknya semua teman perempuan dijadikan teman.
Hingga pada penerimaan mahasiswa baru, banyak mahasiswa yang berbondong-bondong untuk mendaftar di Universitas ini. Dan tidak disangkah-sangkah tahun ini adalah tahun di mana bintang mulai merasakan rasa cinta yang tak pernah ia duga.
Bintang berjumpa dengan seorang adik tingkatnya yang satu jurusan dengan dirinya. Awalnya Bintang hanya menganggap adik tingkat saja, tapi lama kelamaam timbul rasa sayang untuk memilikinya.
“Selamat pagi kak!!”. Sapa Linda adik tingkat Bintang yang tengah berpapasan dengan Bintang.
“Pagi juga dek!!”. Sapa Bintang kepada Linda.
Bintang pun berjalan memasuki ruangannya dan meninggalkan Linda.
Bintang seorang laki-laki yang memimpikan seorang bidadari surga, di mana bidadari itu akan dijadikannya penghuni surga dalam hidupnya. Tapi tak semudah yang di inginkan, Bintang seorang laki-laki yang tak mudah untuk jatuh cinta pada keadaan fisik. Wanita berkerudung adalah seorang cerminan wanita yang ia cari. Hingga pada suatu hari perasaan itu semakin besar ketika mereka mempunyai kesempatan untuk bersama.
Linda ingin menghubungi Bintang tetapi ia malu karena terlampau sering meminta bantuan pada Bintang untuk mengajarinya pelajaran yang tidak dimegerti, padahal Bintang dengan senang hati menolong Linda. Dan akhirnya Linda pun terpaksa untuk menelpon Bintang agar besok bisa berjumpa di perpustakaan untuk belajar.
“Assalamualaikum, malam kak Bintang , maaf telah menganggu. Besok kakak kuliah tidak??”. Tanya Linda di dalam telepon.
“Ia dek besok kakak kuliah, ada apa??”. Jawab Bintang.
“Kalau kakak tidak keberatan, besok Linda mau berdiskusi pada kakak mengenai materi yang belum Linda mengerti??”. Ujar Linda dengan nada sedikit malu.
“Ohh gitu, iya kakak bisa, tapi habis kuliah saja atau ba’dah Dzuhur, bagaimana?”
“Tidak apa-apa kak, kita bertemu di perpustakaan saja ya kak”.
“Iya.”. jawab Bintang dengan singkat.
Jauh di lubuk hati yang paling dalam Linda sangat mencintai Bintang tetapi Linda sadar bahwa Bintang hanya menganggap Linda sebagai seorang adik tingkat. Walaupun telah berulang kali Linda mengubur perasaannya, tetap saja perasaan itu selalu hadir, hingga meneteskan air mata.
“Ya Allah jika perasaan ini hanya untuk sesaat maka hilangkanlah dan rubahlah perasaan ini menjadi rasa teman. Apabila dia dipertemukan denganku untuk selalu bersama maka dekatkanlah batin kami”. Gumam Linda dalam hati ketika selesai shalat.
Tetapi doa Linda belum juga diperkenankan oleh Yang Maha Kuasa, karena Linda belum mengetahui isi hati Bintang karena selama berjumpa tak ada tanda-tanda Bintang memberikan sinyal cinta. Akhirnya pupuslah rasa cinta Linda, dan berhentilah seketika.
“Aku akan menghapus namamu jauh-jauh dari hatiku, karena aku tak ingin memperbesar luka di hati, ku ikhlaskan dirimu dengan siapa pun nanti”. Ucap Linda menitihkan air mata.
Seiring luka di hati Linda yang belum sembuh, ternyata diam-diam ada yang menyukai Linda yaitu kakak tingkat Linda, walau begitu, tetap saja Linda tak menyukainya. Semenjak perkataan yang Linda ucapkan untuk membuang jauh-jauh rasa cintanya, Linda tak pernah lagi berjumpa atau menghubungi Bintang.
Karena merasa ada sesuatu yang berbeda, akhirnya Bintang menghubungi Linda untuk menanyakan kabar.
“Assalamualaikum, maaf telah menganggu adik, adik apa kabarnya??”. Tanya Bintang.
“Waalaikum salam, baik kak, ada apa kakak menghubungi Linda??”. Tanya balik oleh Linda.
“Tidak ada apa-apa cuma ingin menanyakan kabar, bagaimana kuliah adik??”.
“Ohh lancar-lancar saja kak”.
“Alhamdulillah kalau begitu, ya sudah adik belajarlah, maaf sekali lagi menganggu wassalamualaikum!!”.
Bintang tau kalau ada yang menyukai Linda, Bintang sedikit takut untuk kehilangan Linda tetapi ia masih belum yakin kalau ia sedang menyukai seseorang.
“Kenapa hatiku gelisah, ketika aku melihat Linda bersama dengan seseorang laki-laki, yang orangnya aku kenal??”. Tanya Bintang dalam hati.
Sambil duduk menghadap komputer, Bintang terus bertanya-tanya, karena selama ini ia tak mudah untuk jatuh cinta terlebih lagi ia tak pernah merasakan yang namanya pacaran. Bintang hanya berkhayal seorang Bidadari yang akan mengisi hidupnya kelak. Bidadari yang salehah, cerdas dan berakhlak mulia.
Akhirnya suara adzan membangunkan lamunannya, dan waktu shalat isha. Bintang pun mengambil udhu untuk shalat di masjid karena kalau tak ada kerjaan ia selalu shalat dimasjid dan kebetulan jarak masjid dari rumahnya tidak begitu jauh. Setelah selesai shalat Bintang mengenadahkan kedua tangannya seraya memohon petunjuk kepada Allah.
“Ya Allah, di mataMu hamba ini terasa tak berdaya, di hadapanMu hamba ini terasa kecil, hanya kekuatanMulah yang mampu membuat segalanya begitu bermakna. Ya Allah, Engkau pasti tau rasa gundah apa yang tengah melandaku, aku tak ingin mengartikan sebuah cinta hanya untuk sesaat. Tolonglah hambaMu ya Allah berikan yang terbaik buat diriku, dan tunjukkan bahwa ia pantas untuk dijadikan bidadari surga”. Pinta ku dengan setulus hati.
Dengan mengadu kepada Allah atas kebimbangan yang menerpahku, terasa nyaman dalam batin untuk mengungkapkan semua rasa yang ada. Akhirnya aku tertidur sehabis pulang dari masjid, aku bermimpi seorang wanita penghuni surga yang begitu cantik tanpa dihiasi sesuatu yang melekat di wajah dan tubuhnya, seraya berkata “Cinta sejati akan terasa, bila telah dijalani dengan terpaan badai dan goncangan, dan ketika itu kita mampu menghadapinya”.
Pagi-pagi diriku masih memikirkan perkataan wanita itu, dan berusaha mencari arti dibalik kata yang ia ucapkan. Seharian diriku masih memikirkan perkataan itu, dengan cermat dan teliti ku tanya hati ku sendiri, dan berulang kali aku bertanya hingga aku mendapatkan jawabannya. Setelah ku dapat jawabannya, aku menemui Linda untuk membicarakan sesuatu.
“Siang dik!!! Maaf telah menganggu adik, bisa tidak kita bertemu ba’dah Dzuhur di perpustakaan??”. Tanya Bintang.
Melihat gerak-gerik Bintang yang aneh, Linda pun bertanya-tanya dalam hati.
“Ada apa kak Bintang kayak gelisah gitu??”.
“Ooh iya kak bisa”. Jawab Linda.
“Terima kasih ya”.
Suara adzan dzuhur terdengar di telinga setiap ingsan, dan menandakan segeralah shalat dzuhur di masjid terdekat. Bintang pun mengambil udhu bersama rekan-rekan organisasinya, dan shalat berjamaah begitu juga Linda.
Setelah selesai shalat Bintang dan Linda menuju perpustakaan di mana tempat mereka biasa bertemu. Mereka pun duduk seperti selayaknya teman biasa, dan Bintang binggung harus memulai dari mana.
“Ada apa kak, kok diam gitu??’. Tanya Linda.
“Eeeemmm kakak cuma mau tanya, apakah adik sudah mempunyai pacar??”.
“Kok kakak tanya begitu?? Bukankah kakak sudah tau bahwa Linda dari SMA kelas 3 tidak berpacaran sama siapa pun??”. Jawab Linda dengan tegas.
“Iya kakak tau, tapi kemarin kayaknya lagi deket dengan seseorang??”.
“Ooh kakak tingkat itu, biasa saja kak hanya teman”.
Suasana yang sunyi membuat Bintang semakin binggung untuk memulai dari mana.
“Dik, kakak tidak tau perasaan apa yang timbul sekarang ini terhadap adik, yang jelas kakak menyayangi adik seperti kakak menyayangi diri kakak”. Ujar Bintang pada Linda.
Mendengar pernyataan dari Bintang, Linda terkejut dan tak menyangkah Bintang akan mengatakan hal yang tak pernah ia bayangkan, Linda hanya bisa terdiam.
“Dik, kok adik diam tanpa kata sepatah pun. Maaf sebelumnya tidak bermaksud untuk bermain-main, hanya berusaha jujur”. Ujar Bintang sedikit malu.
“Tidak apa-apa kak, Linda malahan senang karena kakak telah berusaha jujur”. Jawab Linda dengan lega karena selama ini penantiannya tidak sia-sia walaupun tidak ada yang tau dengan jelas mengenai perasaannya.
“Kakak tidak meminta adik untuk menjawabnya, kakak hanya ingin adik tau dan kakak tidak main-main mengenai hal ini. Kakak berharap adik adalah wanita yang selama ini kakak cari untuk yang pertama hingga yang terkahir, jika adik berkeberatan adik jujur saja jangan membohongi sesuatu yang pada akhirnya akan menyiksa dirimu sendiri”. Ujar Bintang pada Linda untuk meyakinkan arti cinta yang dimiliki Bintang.
Akhirnya mereka selalu bersama-sama dalam suka maupun duka, seraya berta’aruf untuk mengetahui karakter masing-masing, dan mereka berjanji pada diri sendiri, untuk mengartikan cinta sebagai cinta yang bersemi dalam hati yang tulus dengan izin Allah.
Senin, 28 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar